Banjir bandang sangat membutuh perhatian, baik itu dari masyarakat, pemerintah, lembaga terkait, maupun peneliti. Saking butuhnya perhatian, banjir bandang sering muncul, menelan korban jiwa dan menimbulkan kerusakan.
Dengan kondisi seperti itu, masih saja dilupakan, karena dianggap sesuatu yang biasa terjadi. Yah, mau diapakan pasti terjadi lagi..
“Ini merupakan kejadian berulang” kata bapak Gubernur Longki Djanggola dalam kunjungan di Desa Bolapapu, mendampingi Kepala BNPB Doni Monardo. (republika)
Untuk itu, masyarakat diharapkan selalu waspada saat musim penghujan tiba. Selain itu, secara langsung bapak Gubernur mengarahkan masyarakat untuk tetap menjaga kelestarian hutan, dengan langkah memberlakukan adat.
Masalah penanggulangan bencana merupakan tugas setiap orang, tidak hanya dibebankan kepada pemerintah ataupun pemerintah terkait.
Fakta tentang Banjir Bandang Sigi
Mari kita lihat sejenak, beberapa fakta tentang banjir bandang.
Banjir bandang khususnya di Kabupaten Sigi, terjadi setelah beberapa bulan pasca gempa 7.4 SR pada tanggal 28 September 2018.
Dari 12 Desa terdampak selama beberapa bulan, menyebabkan 3 korban jiwa, sekitar 2500 orang mengungsi dan 800 rumah rusak. Selain itu, banjir bandang juga merusak jalan, jembatan, dan area pertanian.
Banjir bandang mempunyai daya rusak yang tinggi. Berbeda dengan banjir biasanya, banjir bandang merupakan banjir yang membawa material seperti lumpur, kayu gelondongan dan batu. Hujan deras dan penebangan hutan dipercaya sebagai biang kerok penyabab utama.
Apakah se-sederhana itu Ferguso?
Ancaman Banjir Bandang Pasca Gempa Bumi
Terjadinya banjir bandang setelah gempa bumi bukan hal kebetulan. Mekanisme ini sudah dikenal secara umum menjadi skenario utama penyebab banjir bandang.
Gempa bumi mempunyai efek domino, dimana setelah gempa bumi, akan menimbulkan bahaya ikutan, seperti likuifaksi, longsor, banjir, dan banjir bandang. Namun, banjir dan banjir bandang sering kali dilupakan karena bencana ini terjadi setelah beberapa bulan pasca gempa. Terutama dipicu oleh curah hujan yang tinggi.
Mekanisme ini disebut bendungan rombakan, atau bendungan alami atau istilah Landslide Dam. Berikut ini ilustrasi bagaimana proses terjadinya banjir bandang.

Efek Domino disebabkan Oleh Gempa Bumi
Prosesnya didahului oleh gempa bumi (Earthquake) posisi tengah gambar di atas. Gempa bumi menyebabkan terjadinya ratusan hingga ribuan longsor (Landslide) di bagian hulu sungai ataupun daerah aliran sungai (DAS).
Longsoran ini terdiri dari berbagai macam tipe, seperti longsoran (Slide), jatuhan batu (Rock Fall), dan aliran debris (Debris Flow). Ada pula bagian lereng yang retak dan tanah masih menggantung sewaktu-waktu akan longsor.
Material longsoran bergerak menuruni lereng menuju sungai. Ada material yang tidak sampai ke sungai, ada pula material yang sampai dan membendung sungai. Akibat kejadian ini maka terbentuklah bendungan rombakan (Landslide DAM) yang kemudian menampung air jutaan kubik atau disebut danau (Lake) sementara.
Perlu dicatat, material yang membendung merupakan material longsor berupa tanah, batuan dan kayu gelondongan.
Kapan terjadinya banjir bandang?
Banjir bandang akan terjadi setelah bendungan rombakan runtuh, dan kemudian melepaskan jutaan kubik air yang telah tertampung dan membawa serta material longsoran.
Nah.. yang menjadi pemicu (Trigger) runtuhnya bendungan ada berbagai macam lagi. Namun, yang paling sering yaitu karena melimpasnya air yang tertampung melewati bagian puncak bendungan. Air hujan yang melimpas merupakan pemicu utama runtuhnya bendungan dan menyebabkan banjir bandang.
Dengan alasan ini pula, mengapa sering disebutkan Hujan Deras sebagai penyebab (Cause) utama banjir bandang. Padahal, hujan hanya menjadi pemicu (Trigger), dan penyebab utama adalah gempa bumi.
Selain itu, kondisi sungai dan lereng yang terjal khas pengunungan di Sulawesi menambah potensi material banjir sampai ke hilir daerah berpenduduk. Merusak infrastruktur jalan, jembatan, air bersih, dan jaringan listrik.

Citra Satelit, Ribuan Longsoran di Pengunungan daerah Desa Bangga, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah

Foto Udara Pasca Banjir Bandang Desa Bangga

Rumah Terdampak Banjir Bandang, Desa Bangga
Kajian Banjir Bandang Sigi
Kajian tentang banjir bandang telah dilakukan oleh tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (11 Juli 2019). Diantaranya, kajian tersebut terkait ancaman aliran debris di desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi.
Pemodelan dilakukan untuk menentukan zona potensi aliran debris. Berdasarkan model tersebut, kemudian lokasi titik kumpul dan rencana evakuasi daerurat dapat dievaluasi lebih lanjut dengan mempertimbangkan kemungkinan zona landaan aliran debris. (Kajian Gempa Palu)
Beberapa bulan setelah kajian dirilis, tepatnya Minggu, 8 Desember 2019, banjir bandang membawa lumpur dan batuan terjadi di Desa Poi. Material menutupi jalan dan merendam puluhan rumah yang berdekatan dengan sungai. (tribunnews)
Padahal, jauh sebelumnya Humas BNPB Alm. Sutopo Purwo Nugroho sudah memperingatkan adanya ancaman longsor saat hujan deras di desa Poi. (Sutopo)

Banjir Bandang, Desa Poi
Penelitian lainnya juga telah dilakukan oleh Dosen teknik sipil UNTAD, I Gede Tunas, dkk (2020) untuk menentukan penyebab banjir bandang di Desa Bangga dan karakteristik hujan pemicu banjir. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa penyebab utama yaitu hujan deras dengan durasi yang lama dan longsoran di hulu daerah aliran sungai. (Impact of Landslide Induce Flash Floods).
Dari penelitian tersebut juga dikatakan bahwa sebagian besar daerah aliran sungai di Palu, ditutupi oleh hutan primer yang mengalami degradasi akibat perubahan iklim. Selain itu, sampai sekarang hutan tersebut masih terjaga dan tidak mengalami konversi lahan. Dengan kondisi pegunungan dan topografi yang terjal tidak memungkinkan untuk dikonversi menjadi lahan pertanian atau pemukiman misalnya.
Selain itu, jika sekiranya di bagian hulu terjadi penebangan pohon, maka material banjir bukan lagi berupa material kayu gelondongan (batang kayu utuh), melainkan sisa potongan kayu olahan. Sedangkan yang terlihat di lapangan, material banjir masih berupa kayu gelondongan.
Sampai di sini bisa disimpulkan, penyebab utama banjir bandang Sigi yaitu karena longsoran yang disebabkan gempa bumi 28 September 2018.
Stop Menyalahkan/Menuduh Warga sebagai penebang pohon liar yang mengakibatkan banjir bandang. Seperti yang dikabarkan dalam beberapa berita berikut:
- Wilayahnya Sering Dilanda Banjir Bandang, Bupati Sigi: Jangan Tebang Pohon!
- Banjir di Kulawi Tak Lepas dari Penebangan Kayu Ilegal
- Pasca Banjir yang Bawa Gelondongan Kayu, Bupati Sigi Minta Warga Hentikan Aktivitas Penebangan Liar
- Tinjau Lokasi Banjir Bandang Sigi, Kepala BNPB Minta Setop Tebang Pohon Liar
- Banjir Bandang Namo Sigi Diduga Akibat Penebangan Liar Hutan Lindung
Advanced
Contoh lain efek domino akibat gempa yang menambah rumitnya penanggulangan bencana dan perlu dilakukan penelitian:
- Gempa – likuifaksi – longsor
- Gempa – likuifaksi – banjir
- Gempa – merusak sistem drainase kota – banjir
- Gempa – merusak sistem jaringan air bersih
- Gempa – merusak sistem jaringan listrik dan komunikasi
- Gempa – longsor – memutus jalur lalu lintas jalan dan jembatan
Need to be add:
- Potensi longsor akibat gempa bumi
- Analisa sebaran bendungan rombakan (Landslide Dam) akibat gempa
- Potensi runtuhnya bendungan rombakan akibat, limpasan (overtopping), piping, rembesan air pada tubuh bendung, dan kelongsoran bendungan rombakan.
- Pengembangan sistem peringatan dini pada daerah aliran sungai dengan potensi aliran debris yang tinggi.
- Analisa potensi multi-bahaya (Multi-Hazard)
- Pemberlakukan peta multi-bahaya (Multi-Hazard) dalam mengurangi risiko
- Analisa risiko multi-bahaya
- Kolaborasi multi disiplin ilmu dalam dalam rangka penanggulangan bencana.