
Dampak Banjir Bandang Desa Bangga
Belum lagi hilang trauma akibat gempa 28 September 2018, masyarakat Sigi kembali menelan pil pahit akibat terjangan banjir bandang. Hunian sementara yang dibangun kembali porak poranda akibat gerusan banjir yang membawa lumpur, batu dan batang kayu besar.
Tercatat 27 kali banjir bahkan korban meninggal akibat banjir bandang mencapai 35 jiwa sejak tahun 2011 sampai 2019. (Walhi dalam Tribunnews 12 Mei 2019). Banjir terparah terjadi di Desa Bangga Minggu 28 April 2019. Diketahui 2.259 warga mengungsi, 1 orang meninggal dunia, 551 rumah tertimbun lumpur. Banjir bandang turut pula melanda 5 desa lainnya yaitu Desa Balongga, Walanata, Omu, Tuva, dan Salua.
Masalah ini seharusnya cepat diselesaikan, karena masyarakat terdampak tidak mungkin terus menerus menerima bencana tersebut. Untuk itu terlebih dahulu diketahui penyebab banjir tersebut.
Bupati Sigi menduga banjir bandang dipicu oleh maraknya penebangan pohon secara liar (Jpnn.com 30/4/2019).

Potret Salah Satu Rumah Warga Terdampak Banjir Bandang, Desa Bangga, Kab. Sigi
Sedang bencana banjir ini telah lama diperingatkan oleh Kepala BMKG.
Curah hujan tinggi perlu diwaspadai sebab pasca gempa akhir September lalu, longsoran mungkin masih terkumpul di wilayah pegunungan.
“Apabila longsornya banyak bisa menyumbat lembah sungai di atas dan berpotensi banjir bandang,” Ungkap Kepala BMKG dalam kompas.com (15/10/2018).
Hal ini senada dengan cerita salah seorang warga Desa Salua kepada kami.
“Di atas (hulu sungai) masih ada tumpukan (kayu/batu) yang lebih besar” (Januari 2019) 3 bulan pasca gempa 28 September dan 1 bulan pasca banjir Desa Salua 11 Desember 2018.
Dan benar, 3 bulan setelah percakapan tersebut banjir bandang di Desa Salua kembali terjadi tepatnya 28 April 2019.
Sepertinya penyebab banjir lebih berpihak kepada penjelasan kepala BMKG. Namun, ini masih berdasarkan teori atau hipotesis berdasarkan ilmu pengetahuan yang ada.
Mekanisme Penyebab Banjir
Mekanisme banjir yang dijelaskan di atas mengarah pada Bendungan Alami (Natural DAM).
Gempa 28 September menyebabkan longsoran di hulu sungai. Material longsoran berupa tanah, batu besar, ataupun kayu besar akan membendung aliran sungai secara alami. Setelah terjadi hujan selama beberapa hari, bendungan alami tersebut menampung air hujan yang bisa mencapai jutaan kubik.
Petaka akan terjadi jika terjadi limpasan di atas bendungan. Atau lebih dikenal dengan istilah Over Topping (Lebih lanjut lihat vidio berikut: Dam-breach experiment: outburst flood from an overtopping lake (USGS)). Air yang melimpas sedikit demi sedikit akan menggerus bendungan dan kemudian melepaskan jutaan kubik air yang tertampung hanya dalam beberapa saat saja.
Setelah itu sudah dapat ditebak, banjir bandang terjadi yang membawa sedimen longsor berupa lumpur, batu-batu besar dan batang kayu atau yang lebih dikenal dengan Aliran Debris (Debris Flow).
Baca juga artikel terdahulu : Kota Palu Waspada Aliran Debris
Berikut bukti awal bahwa mekanisme bendungan alami merupakan penyebab banjir Sigi.
Gambar tersebut merupakan citra satelit Sentinel yang diambil 6 Maret 2019.
Dari gambar di atas terlihat hulu Sungai Bangga, Salua, Gumbasa dan sekitarnya terdapat begitu banyak lereng yang mengalami kelongsoran pasca gempa 28 September 2018.
Dengan luas daerah longsor yang luas dan banyak, maka potensi aliran sungai terbendung sangat tinggi. Dengan demikian potensi banjir bandang juga sangat tinggi.
Setelah kami mengadakan penelusuran lebih lanjut, ternyata potensi besar mekanisme ini pula yang merupakan penyebab banjir bandang 25 Agustus 2012 di Desa Dolago, Kabupaten Parigi Moutong. Di mana sebelumnya terjadi gempa 6,2 SR di Desa Bulili, Kabupaten Sigi pada 18 Agustus 2012. Terdapat pula bukti yang sama berupa longsoran lereng yang sangat luas di hulu sungainya.
Dalam rangka pengurangan risiko bencana banjir ini maka penyelidikan lebih lanjut harus dilakukan. Entah menggunakan helikopter atau drone, terutama pada bagian hulu sungai daerah yang sering mengalami banjir bandang. Tidak menutup kemungkinan bendungan alami masih tersisa dan tinggal menunggu curah hujan pemicu gerusan bendungan.
Lebih lanjut berikut contoh vidio natural dam yang terjadi di Linton New Zealand: Earthquake Dam, Linton New Zealand
Perlu langkah mitigasi, bukan hanya sekedar informasi waspada banjir/longsor. Namun masyarakat perlu tahu, apa yang harus dilakukan, di mana mereka harus menyelamatkan diri, daerah mana saja yang potensinya tinggi, dan estimasi waktu kapan bencana banjir/longsor itu dapat terjadi.